Ijazah Mahal, Tapi Mental Gratisan: Ada Apa dengan Sistem Pendidikan Kita?
Sistem pendidikan saat ini kerap menuai kritik pedas dari berbagai kalangan. Di satu sisi, biaya pendidikan yang terus melambung tinggi membuat ijazah seakan menjadi barang mewah yang sulit dijangkau oleh sebagian besar masyarakat. www.universitasbungkarno.com Namun di sisi lain, tak sedikit lulusan yang justru dianggap “mental gratisan” — istilah yang menggambarkan ketidakmampuan mereka menghadapi tantangan kehidupan dan dunia kerja meski telah menuntaskan pendidikan formal. Apa sebenarnya yang terjadi dengan sistem pendidikan kita?
Biaya Pendidikan yang Semakin Mahal
Biaya pendidikan yang mahal menjadi salah satu penghalang utama bagi banyak anak muda untuk mengakses pendidikan berkualitas. Dari biaya sekolah, buku, seragam, hingga berbagai keperluan tambahan, beban finansial yang harus ditanggung keluarga semakin berat. Bagi mereka yang mampu, hal ini bisa menjadi investasi masa depan.
Namun, mahalnya biaya pendidikan seringkali tidak diimbangi dengan kualitas pendidikan yang mampu membentuk karakter kuat dan kesiapan hidup nyata bagi siswa. Akibatnya, ijazah menjadi sekadar “kertas” yang menandakan kelulusan tanpa memastikan kompetensi dan mental yang memadai.
Mental Gratisan: Apa Maknanya?
Istilah “mental gratisan” merujuk pada sikap yang kurang bertanggung jawab, mudah menyerah, kurang mandiri, dan tidak siap menghadapi tekanan dan tantangan hidup. Banyak lulusan yang merasa puas hanya dengan gelar, tanpa dibekali kemampuan soft skills yang esensial seperti komunikasi, ketahanan mental, kerja sama tim, dan pengelolaan stres.
Fenomena ini menimbulkan kekhawatiran bahwa meski lulusan memiliki ijazah, mereka kurang siap untuk bersaing dan bertahan di dunia kerja yang penuh tantangan. Mental yang lemah juga berpotensi memicu masalah sosial seperti kemiskinan, pengangguran, dan rendahnya produktivitas nasional.
Apa yang Salah dengan Sistem Pendidikan Kita?
Ada beberapa faktor yang membuat sistem pendidikan gagal membentuk mental tangguh meski biaya yang dikeluarkan besar:
Fokus Berlebihan pada Akademik
Sistem pendidikan masih sangat menekankan nilai akademik dan hasil ujian, sementara aspek pembentukan karakter, kecerdasan emosional, dan keterampilan hidup sering diabaikan.
Metode Pengajaran yang Kurang Inovatif
Guru masih banyak menggunakan metode ceramah dan hafalan yang monoton, sehingga siswa kurang terlatih berpikir kritis, kreatif, dan mandiri.
Kurangnya Pendidikan Karakter yang Terstruktur
Pendidikan karakter masih belum menjadi bagian integral dalam kurikulum dan pelaksanaan pembelajaran sehari-hari.
Ketidaksiapan Guru dan Lingkungan Sekolah
Banyak guru yang belum mendapat pelatihan memadai untuk membimbing siswa secara holistik, apalagi menghadapi tantangan psikologis dan sosial yang semakin kompleks.
Mengapa Mental Penting Sama Pentingnya dengan Ijazah?
Di dunia nyata, kemampuan bertahan, beradaptasi, dan terus belajar jauh lebih menentukan kesuksesan dibandingkan sekadar gelar akademik. Mental tangguh memungkinkan seseorang untuk menghadapi kegagalan, mengambil pelajaran, dan bangkit lebih kuat.
Perusahaan dan industri kini semakin mencari kandidat yang punya soft skills mumpuni, bukan hanya nilai bagus. Pendidikan yang hanya mengejar ijazah tanpa membangun mental dan karakter seringkali menciptakan lulusan yang siap secara teori, tapi rapuh secara psikologis.
Bagaimana Sistem Pendidikan Bisa Berubah?
Reformasi pendidikan harus lebih dari sekadar kurikulum baru atau fasilitas modern. Perubahan yang menyentuh cara pandang dan metode pengajaran sangat dibutuhkan, antara lain:
-
Menjadikan pendidikan karakter dan pengembangan mental sebagai bagian utama kurikulum.
-
Melatih guru untuk menjadi fasilitator yang mampu membimbing perkembangan psikologis dan emosional siswa.
-
Mendorong metode pembelajaran aktif yang mengasah kreativitas, kerja sama, dan ketangguhan mental.
-
Memberikan ruang bagi siswa untuk mengalami kegagalan dan belajar bangkit sebagai bagian dari proses belajar.
Kesimpulan
Ijazah yang mahal tidak otomatis menjamin lulusan siap menghadapi dunia nyata. Mental yang tangguh dan keterampilan hidup justru menjadi modal utama untuk sukses. Sistem pendidikan kita perlu berbenah, menggeser fokus dari sekadar mengejar nilai dan gelar ke arah pengembangan karakter dan mental yang kuat. Hanya dengan begitu, investasi pendidikan yang besar tidak akan sia-sia dan generasi muda bisa benar-benar menjadi pribadi yang siap dan tangguh menghadapi tantangan kehidupan.